Recent Blog post
Archive for Maret 2017
A. Masa Kanak-Kanak Awal (Prasekolah): TK dan Playgroup (2-6 tahun)
• Fase Berpikir Egosentris
• Masa Bermain
• Masa Meniru
• Masa Eksplorasi, dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya kordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti orang lain.
• Tahap praoperasional pada tahapan ini simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan. Serangkaian pertanyaan yang diajukan anak, menunjukkan perkembangan mentalnya dan mencerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak dalam penalaran.
• Tahap prakonvensional:
Tahap 1: Orientasi Hukuman
Tahap 2: Orientasi Ganjaran
IMPLIKASI MASA PRASEKOLAH DALAM PENDIDIKAN
a. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.
b. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
c. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
d. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.
e. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan).
B. Masa Kanak-kanak Akhir : SD (6-11 tahun)
• Sejak usia 6 tahun sampai matang secara seksual
• Tahap Kognitif : operasional-konkrit
- Mampu berpikir logis tentang objek dan kejadian
- Mampu mengklasifikasikan objek
- Mampu mengkonversi jumlah dan berat
• Tingkat perkembangan moral : Konvensional
- Tahap 3 : orientasi “good boy/ good girl”
- Tahap 4 : orientasi otoritas
• Menurut Erikson : Tahap industry vs inferiority
Implikasi Tahap Ini Terhadap Pendidikan
• Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri – ciri suatu objek. Mengkelompokan benda – benda yang sama kedalam dua atau lebih kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokan pensilnya berdasarkan warna, dan tingginya.
• Anak suka dipuji dan mendapat pengakuan, sebaiknya guru atau orangtua memberikan pujian saat anak melakukan hal yang positif misalnya jika anak mendapat nilai yang bagus, sebaiknya guru memberikan pujian seperti mengatakan “anak pintar” agar anak terus mengulangi hal yang positif tersebut.
• Anak sudah mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
• Perkembangan motorik halus anak sudah berkembang yaitu perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Seperti kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
• Kemampuan bahasa anak sudah mulai berkembang dimana anak mulai dapat belajar membaca. Pada masa ini perubahan terjadi dalam hal anak berfikir tentang kata-kata, jadi anak dapat mengembangkan bahasa nya dengan cara membaca.
• Anak sudah mulai matang secara intelektual maksudnya, anak telah sanggup menerima pelajaran secara sistematis, terus-menerus, dapat menyimpannya dan nantinya dapat memproduksi pelajaran tersebut. Misalnya anak sudah mampu belajar mengitung, yaitu dengan guru menggambarkan dengan objek atau gambar yang membuat anak lebih tertarik dan mudah mengingatnya.
• Pada masa ini anak mempunyai ide yang lebih baik tentang jarak dari satu tempat ke tempat lain, lama waktu tempuhnya, dan dapat mengingat rute dan tanda-tanda jalan, misalnya anak dapat dipercayakan menemukan jalan pulang atau pergi dari rumah ke sekolah.
C. Masa Remaja Akhir (11/12 sampai 18/24 tahun): Tahap SMP dan Tahap SMA
1. Tahap SMP
Menurut Piaget :
• Berada pada Tahap Formal Operational
(berkisar antara 11-15 tahun)
Menurut Erik Erikson :
• Psikososial Tahap 5
( Identitas vs kekacauan identitas )
Menurut Kohlberg :
• Tahapan Pos Konvensional
Implikasi Pendidikan:
• Remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak
• Mencoba mengerjakan sebuah tugas dengan lebih logis
• Pribadi yang lebih idealistisdalam melaksanakan sesuatu
• Kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak( imajinasi).
• Mereka sudah mampu berpikir secara sistematk, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi.
• Kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
Cara meningkatkan potensi belajar pada masa sekolah menegah atas;
1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa dapat membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2. Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang terorganisir. Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah masalah yang lebih umum.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran tersebut.
4. Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.
2. Tahapan SMA
Perkembangan kognitif ( Jean Piaget)
• Berada pada Tahap Formal Operational (berkisarantara 11-15 tahun dan 18-24 tahun).yaitu,remaja mampu menghasilkan cara berpikir baru yang abstrak,formal dan logis.
Perkembangan psikososial( Erik Erikson) :
• Psikososial Tahap 5( Identitas vs kekacauan identitas ).Pada tahap ini seseorang berusaha untuk menentukan apa yang unik tentang diri mereka ,siapa diri mereka,apa kekuatan mereka dan apa peran mereka terhadap lingkungan mereka
Perkembangan moral (Kohlberg) :
• Tahapan Pos Konvensional.yaitu seseorang menggunakan prinsip-prinsip moral yang dipandang lebih luas dibandingkan dengan masyarakat mana pun.
Perkembangan Fisik:
• Mengarah ke bentuk orang dewasa(tinggi dan berat badan )
Perkembangan Heteroseksual:
• Tertarik pada lawan jenis(hormon seksual aktif)
Perkembangan Emosional
• Emosi tidak stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak –ledak.
Implikasi Tahapan Perkembangan ke dalam Pendidikan
• Remaja (anak SMA) berpikir dengan cara yang lebih abstrak, formal dan logis.
Implikasinya: Memberikan sebuah problem tertentu kepada seorang remaja dengan tujuan agar sang remaja dapat mengatasi ,menyelesaikan ,mengevaluasi serta mengambil pelajaran dari problem tersebut dengan kemampuan berpikir abstrak dan logis nya.
• Remaja mencari identitas sejatinya
Implikasinya : Memberikan sebuah motivsasi kepada para remaja .seperti,bakat apa yang ada pada dirinya?apa yang ingin dicapai setelah lulus SMA?ingin menjadi apa di masa depan? dsb.agar sang remaja dapat mengetahui potensi apa yang ada pada diri mereka dan dapat mengembangkannya.
• Remaja yang menggunakan prinsip-prinsip moral
Implikasinya: Megadakan kegiatan bakti sosial ataupu sosialisasi,dengan tujuan agar dapat membentuk tingkat kepedulian remaja terhadap dirinya sendiri serta hubungan lingkungan sosialnya.dan juga memandang penting kesejahteraan orang lain sebagai cerminan tingkat moralitas tinggi.
• Perkembangan heteroseksual
Implikasinya: Memberikan sebuah wawasan kepada remaja tentang bagaimana cara kita merespon seksual manusia(lawan jenis) menurut biologisnya, kemudian dasar biologis dari perilaku seksual,sampai dengan penyimpangan –penyimpangan seksual.
• Perkembangan emosional
Implikasinya: Para orang tua memberikan empati dan simpati kepada anak dan membantu mereka dalam mengambil sikap dan memahami perasaan oarang lain an juga membantu anak dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah.
TAHAP PRASEKOLAH
Tugas Psikologi Pendidikan
Kelompok : 8
Ketua :
Wanda pratama
Anggota kelompok :
Hafizah Aini
Santi Melisa
Talenta Hutabarat
M Ridhona
Nenitria Harahap
Kelompok : 8
Ketua :
Wanda pratama
Anggota kelompok :
Hafizah Aini
Santi Melisa
Talenta Hutabarat
M Ridhona
Nenitria Harahap
Perencanaan,Instruksi dan Teknologi
Contoh
Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran
I.
-Classical Conditioning
1. Sebuah
bunyi pistol yang awalnya merupakan stimulus netral. Ketika seorang anak mendengar
bunyi pistol dan orang di hadapannya tertembak dan meninggal. Maka dia menangis
setiap kali mendengar suara pistol. Jadi bunyi pistol (CS) diasosiasikan dengan
orang meninggal (US) maka menangis adalah (UR) dan (CR).
2. Waktu
masih kecil, setiap ada bunyi yang lewat dari depan rumah, saya selalu, Segera
berlari keluar utk membeli bakso tusuk. Ternyata yg lewat tukang –Siomay. Sejak
saat itu, lama-kelamaan saya mulai terbiasa untuk membedakan bunyi2 yg lewat
dari depan rumah saya. Hingga suatu hari, walaupun banyak bunyi jualan yg
lewat, saya sudah bisa mengenal bunyi bakso bakar yg lewat.
3. Ani
sangat senang menonton film kartun. Suatu hari ibunya menyalakan TV dan memutar
film kartun,Ani merasa sangat senang.Jadi, setiap kali Ani mendengar ibunya
menyalakan TV Ani akan berlari dan merasa senang.
4.
Saya termasuk penggemar dari panganan Bakso.
Penjual
bakso tersebut menjual dagangannya dengan cara berkeliling dengan menggunakan
motor dan sebagai penanda/penarik perhatian, ada benda yang mengeluarkan sebuah
bunyi. Bunyi terompet angin di letakan di dekat rem tangan motornya itu. Bunyi
itu juga memiliki suara jangkauan yang lumayan besar.
Nah, di
saat-saat awal dulu, saya keluar dari rumah untuk membelinya hanya jika penjual
bakso itu telah berada hampir di depan rumah. Namun, lama
kelamaan saya terbiasa dengan bunyi yang dikeluarkan oleh penjual itu. Dan
akhirnya sekarang ini hanya dengan mendengar suaranya saja saya langsung
bergegas keluar rumah.
5.
Adik saya, mulanya tidak takut dengan
hal yang berbau dengan “hantu”. Atau hantu disini awalnya sebagai stimulus
netral. Dahulunya ia memang tidak takut juga. Namun dikarenakan efek
pengkondisisan berupa suara-suara yang menakutkan dan rupa wajah yang
menakutkan juga ia lama kelamaan menjadi takut terhadap hal yang berbau hantu.
Dan pada ahkirnya apabila ia ingin buang air kecil pada malam hari identik
dengan kesan hantu dan segala macama nya, ia akan memilih menahan buang airnya
ditoilet ditambah lagi waktunya pada malam hari.
II. -Operant
Conditioning
1. Ketika
sudah tiba tahun baru, saya selalu menelepon kakek dan nenek saya dan
mendapatkan pujian “anak baik” dan mendapat uang tahun baru. Sehingga saya
tidak pernah melupakan untuk menelepon kakek dan nenek saya menjelang tahun
baru.
2. Suatu
malam Bayu menonton televisi di kamarnya, ketika ibunya masuk ke kamarnya ,
ibunya mematikan televisi tersebut dan
menyuruhnya mengerjakan PR nya dan Ibunya berkata "kalau PR-mu belum siap
kamu dilarang menonton televisi". Semenjak nasihat ibunya itu Bayu selalu
mengerjakan PR terlebih dahulu dan setelah selesai baru Ia menonton televisi.
3.
Suatu saya masih duduk dikelas SMP
(Sekolah Menengah Pertama) saya dijanjikan oleh ayah saya akan dibelikan sebuah
sepeda, akan tetapi ayah saya meminta persyaratan kalau janji nya itu tidak ada
latar belakang nya. Latar belakang nya yaitu kalau saya harus mendapat kan
prestasi yang menonjol didalam sekolah, saya harus mendapatkan ranking 5 besar
supaya sepeda yang dijanjikan akan segera dibelikan, oleh karena itu saya rajin
membuka buku dan belajar untuk mendapatkan sepeda tersebut. Ahkirnya pada pembagian
rapot SMP saya mendapatkan rangking 5 besar dan dibelikan sepeda kepada ayah
saya karena sudah dijanjikan sebelum nya.
4. Saat
saya kelas 4 SD saya pernah dimarahi guru dan dihukum lari keliling
lapangan serta membersihkan kamar mandi
karena terlambat. Saya merasa tidak senang dengan hukuman yang saya terima.
Keesokan harinya,saya berusaha datang lebih cepat agar tidak terlambat dan saat
itu saya datang tepat waktu sehingga guru tidak marah. Jadi, karena saya tidak
suka dihukum saya lebih berusaha agar tidak datang terlambat lagi ke sekolah.
5. Pada
saat saya masih berada di bangku seolah kelas
dua SMA, suatu waktu saya lupa
membawa Kamus Bahasa Inggris. Tetapi, kemudian pada pertemuan berikutnya, saya
selalu membawa kamus bahasa inggris.
Saya tidak membawa
Kamus → Saya tidak diizinkan berada di dalam kelas.
Pada permasalahn ini,
saya terkena hukuman (punishment) untuk dapat menghilangkan perilaku saya.
Hukuman ini merupakan hukuman yang diberikan dengan maksud untuk
menghilangkan/memusnahkan sebuah perilaku. Maka dalam memberi punishment
merupakan sikap guru saya yang tidak mengizinkan saya masuk ke dalam kelas
karena saya tidak membawa buku kamus bahasa inggris.
III. Contoh Pendekatan Kognitif Untuk Pembelajaran
1. Rina
tidak suka meminum obat walaupun ia sedang sakit. Suatu hari Rina sakit demam
dimana 3 hari lagi akan diadakan UAS, karena Rina takut tidak bisa ikut ujian
dan harus ikut ujian susulan Rina pun meminum obatnya walaupun ia tidak suka.
2. Anak-anak
dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari
banyak orang yang lebih paham atau pandai dan kompeten dari diri mereka.
3.
Dinda adalah seorang mahasiwa di Universitas Sumatera
Utara. Dinda merupakan perokok aktif dan berat. Sebenarnya, Dinda tahu bahwa
merokok tidak baik apalagi bagi kalangan wanita, resiko yang dihadapi akan
sangat besar. Karena Dinda mengetahui dampak dari perilakunya dengan adanya
program motivasi merokok merusak kesehatan dan dia ingin mengakhirinya, maka
dia termotivasi serta berusaha keras untuk lepas dari rokok.
4. Rinda
selalu bermain puzzle di gadgetnya, pada percobaan pertama Ia selalu gagal
dikarenakan belum terbiasa bermain puzzel digadgetnya, setelah mencoba beberapa
kali Rinda pun berhasil memenangkan permainan tersebut menggunakan beberapa
strategi dengan skor yang sangat tinggi.
5. Pada
suatu materi pelajaran dosen menjelaskan gambaran umum dari materi yang berupa kumpulan dasar perhitungan dan
pengertian umum, lalu yang kemudian memberikan contoh-contoh soal untuk
diselesaikan dalam ukuran ataupun kurun waktu tertentu oleh masing-masing
mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dalam bentuk perilaku
di lapangan (kehidupan sehari-hari).